Pengalaman Dokter RS Terapung Kapal Waluya II Melayani Masyarakat di Daerah Pedalaman

RS TERAPUNG: Layanan kesehatan yang dilakukan di Rumah Sakit Kapal Nusa Waluya II di kawasan Waigeo Utara, Papua Barat Daya.

Layanan kesehatan di sejumlah wilayah di Indonesia masih terbatas. Khususnya di daerah pedalaman. Pemicunya adalah keberadaan rumah sakit (RS) konvensional. Untuk mengatasinya dilakukan layanan kesehatan lewat RS Kapal atau populer disebut RS terapung.

 

SALAH satu RS Kapal yang melayani masyarakat di daerah pedalaman adalah RS Kapal Waluya II. Sejumlah dokter dan perawat yang bekerja di dalamnya, menceritakan sejumlah pengalaman melayani masyarakat di atas perairan. Di antaranya adalah Josepha, perawat muda yang baru berusia 28 tahun.

Dia mengatakan saat ini RS Kapal Nusa Waluya II yang saat ini beroperasi di Waigeo Utara, Papua Barat Daya. Dia tidak pernah membayangkan bakal mendampingi penanganan operasi di ruang bedah yang kerap bergoyang-goyang. Karena hantaman ombak di laut.

“Selama kami pelayanan kurang lebih sekitar 3 minggu itu, kami sering dihantam dengan ombak,” ujar Josepha dalam keterangannya, Selasa (15/7).

Menurut dia, hantaman ombak itu menjadi tantangan tersendiri. Ia bercerita hantaman ombak tersebut bagi awak kapal dianggap sebagai alun, namun untuk pekerja medis itu menjadi tantangan sendiri dalam melaksanakan aktivitas pelayanan mereka.

Baca Juga  Menilik Situs Kumitir, Sisa Kebesaran Kerajaan Majapahit, Kini Strukturnya Banyak yang Rusak

“Saat ada ombak, kami ada beberapa pasien operasi dan harus melakukan tindakan tersebut,” lanjutnya.

Maka pelaksanaan operasi harus lebih hati-hati. Jika diperlukan, menunggu ombak agak stabil. Josepha telah bergabung menjadi relawan RS Kapal Nusa Waluya II selama 2 tahun.

Dia memilih menjadi relawan untuk mengikuti panggilan hatinya. Yaitu melayani masyarakat yang kesulitan mendapatkan akses kesehatan. Cerita lain disampaikan Parlin, apoteker berusia 28 tahun. Dia berasal dari Jember, Jawa Timur, serta pertama kali menginjakkan tanah papua. Parlin memgakui kontribusinya kepada para pasien tidak sebesar jasa perawat dan dokter.

Namun, dia tetap berusaha melayani sepenuh hati para pasien, yang rata-rata kesulitan berbahasa dan mengerti perawatan yang harus dilanjutkan. “Kita harus menjelaskan kepada mereka dengan sabar dan perlahan, agar pengobatan yang diberikan bisa dimengerti,” kenangnya.

Baca Juga  Anak-Anak yang Alami Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal

Sementara itu Gavriel Gregorio Singgih, dokter 26 tahun asal Jakarta mengatakan sejak memendam ingin jadi relawan kesehatan sejak lama. “Waktu itu saya masih Koas kedokteran, dan melihat bagaimana RS kapal ini berlayar ke pelosok menghampiri masyarakat yang membutuhkan akses kesehatan. To reach and reachable menjadi motivasi saya bergabung,” katanya.

Josepha, Parlin, dan Gavriel adalah sebagian dari 35 relawan tenaga medis yang rela meninggalkan kenyamanan untuk mengabdi di RS Kapal. Termasuk di antaranya dokter spesialis, dokter umum, perawat, apoteker, dan bidan.

Di tengah desiran angin laut dan debur ombak yang tak pernah berhenti, Josepha dan relawan lainnya belajar satu hal. Bahwa pengabdian sejati kadang datang lewat perjalanan yang tidak tenang, namun penuh makna.

Baca Juga  Anak-Anak yang Alami Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal Butuh Perhatian Pemerintah

Untuk diketahui, RS Kapal Nusa Waluya II hadir di Waigeo Utara, Papua Barat Daya dan beroperasi selama 60 hari. Yaitu sejak 10 Juni lalu, hingga Agustus mendatang. Dengan target melayani hingga sebanyak 10 ribuan warga dari tujuh distrik di area tersebut tanpa biaya sama sekali.

RS Kapal ini beroperasi dari hasil kolaborasi PT Pertamina International Shipping (PIS) dan doctorSHARE. “Ini merupakan kedua kali kami bekerja sama dengan doctorSHARE untuk hadirkan RS kapal ke pelosok nusantara,” kata Corporate Secretary PIS Muhammad Baron.

Dia menjelaskan kerja sama itu berangkat dari keyakinan kami bahwa setiap orang, dimanapun berada, berhak atas layanan akses kesehatan yang layak.

“Kami percaya, untuk mendorong kemajuan bangsa tak hanya soal pelayanan logistik dan kapal untuk menggerakkan ekonomi,” jelasnya. Tetapi juga hadir secara nyata ke masyarakat, untuk memberikan pelayanan yang lebih baik dan bermanfaat bagi sesama. (wan/jpg)

Bagikan:

Berita Terkini