Ranjau Sisa Perang Dunia Diledakan

DILEDAKAN: Ranjau sisa Perang Dunia ke-II diledakan di Selat Betagau, perairan Tarakan, Selasa (9/1).

TARAKAN – Bahan peledak atau ranjau sisa Perang Dunia ke-II di Selat Betagau, perairan Tarakan dilakukan netralisasi, Selasa (9/1).

Netralisasi berupa peledakan di ranjau bersama tim Satuan Kapal Ranjau (Satran) Komando Armada (Koarmada) II. Juga disaksikan bersama Lantamal XIII Tarakan, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kaltara, KSOP Tarakan dan Distrik Navigasi Tarakan melalui KRI Pulau Rimau 724.

“Hasil pendeteksian, ada enam titik yang sudah ditemukan. Berdasarkan analisa adalah berupa bahan peledak. Tindaklanjutnya dilaksanakan netralisasi berupa diledakan,” ujar Komandan Lantamal XIII Tarakan, Laksamana Pertama TNI Deni Herman.

Ranjau yang diledakan salah satunya jenis ranjau AMD, dengan detonasi kemagnetan dan akustik. Netralisasi ranjau berada dibawah 1,7 meter dari ranjau. Selanjutnya akan dilakukan pengecekan kembali hasil netralisasi. Harapannya ranjau bisa terpecah dan tidak berbahaya.

Baca Juga  Tarif Masuk Pelabuhan Tengkayu I Naik

“Kalau mau di survei semua membutuhkan waktu. Ini sesuai kebutuhan terhadap area yang akan digunakan,” jelasnya.

Peledakan ini berdasarkan peta dari Pusat Hidro-Oseanografi Angkatan Laut (Pushidrosal) tahun 2020. Sementara hasil survei Pushidrosal sebelumnya pada tahun 2007. Sehingga siapapun yang menggunakan perairan yang ada batas ranjau, tidak diperbolehkan.

“Siapapun pengguna perairan harus aman dari semua rintangan yang ada atau daerah yang diduga ranjau. Bisa dicek di peta data yang ada, bahwa daerah yang dinyatakan ada ranjau harus dilaksanakan pembersihan dulu,” tegasnya.

Pihaknya berharap, masyarakat akan aman dalam beraktivitas dan bisa meningkatkan perekonomian warga sekitar. Hal ini sebagai upaya komitmen TNI AL, dalam mendukung kebijakan pemerintah daerah dan membuka pintu gerbang perekonomian khususnya di Kaltara.

“Jangan sembarangan berkegiatan tanpa mengetahui secara detail wilayah sekitar perairan Kalimantan. Kalau memang ini daerah berbahaya atau ranjau, agar berhati-hati. Sehingga bisa dilaporkan atau dikoordinasikan,” pesannya.

Baca Juga  Persiapkan Jika hanya Calon Tunggal

Sementara itu, Kepala DKP Kaltara Rukhi Syayahdin mengatakan, perairan sangat erat kaitannya dengan pemanfaatan ruang laut. Salah satunya di Tarakan yakni budidaya rumput laut. Jika nantinya ada pembudidaya rumput laut yang memasang pondasi, tanpa mengetahui adanya ranjau, maka akan berakibat fatal.

“Silakan berkomunikasi dengan kami. Kami sudah punya rencana zonasi pemanfaatan ruang laut. Kami tidak merekomendasikan kegiatan tanpa seizin DKP. Sehingga tidak ada musibah yang terjadi. Mudahan ini tak terjadi kepada masyarakat kita,” singkatnya. (kn-2)

Bagikan:

Berita Terkini