Menjelajahi Sejumlah Museum Kereta Api, Sensasi Railway Mountain Tour di Stasiun Ambarawa

TERHUBUNG: Jalur rel kereta api di Museum Ambarawa saat ini masih aktif. Rel itu terkoneksi dengan Stasiun Tuntang, Stasiun Jambu, dan Stasiun Bedono.

Tamasya sambil belajar sejarah kereta api (KA) di Indonesia layak untuk dicoba. Sebab, PT Kereta Api Indonesia (KAI) memiliki sejumlah museum kereta api di sejumlah daerah. Indonesia Rail Museum (IRM) di Stasiun Ambarawa menjadi salah satu ikonnya.

 

LAMBAIAN tangan warga mengiringi laju Kereta Wisata Stasiun Ambarawa. Keramahan itu menyempurnakan suasana. Bersama kereta yang bergerak pelan, pengunjung bisa menikmati pemandangan alam. Mulai persawahan, danau Rawa Pening, hingga Gunung Gajah Telomoyo. Semuanya lengkap.

Merasakan naik kereta tempo dulu memang berbeda. Suaranya memang cukup keras, tapi sensasi itulah yang begitu khas. Di samping menikmati pemandangan, pengunjung pun bisa belajar sejarah kereta api di Indonesia.

Di stasiun itu, ada begitu banyak kisah maupun bukti sejarah yang bisa dipelajari. Mulai literaturnya, foto-foto, hingga keretanya. Semuanya tertata rapi sehingga begitu enak untuk jadi tempat belajar maupun destinasi wisata.

Baca Juga  Kiprah Max Yanto di Dunia Akting setelah Pensiun dari Basket, Tak Ragu Tolak Tawaran jika Karakter Tak Cocok

Stasiun Ambarawa memang disulap PT KAI menjadi museum. Penataan itu dimulai pada 2012. “Kini namanya menjadi Indonesia Railway Museum,” ujar anggota komunitas Pencinta Sejarah Ambarawa Rudi Harjanto.

Museum Ambarawa memang beda. Tak hanya menyajikan literatur maupun bukti-bukti sejarah, ada satu keistimewaan yang dimiliki Museum Ambarawa. Yakni, Railway Mountain Tour.

Sesuai namanya, pengunjung diajak napak tilas naik kereta dengan lokomotif uap buatan Esslingen, Jerman, pada 1902. Museum Ambarawa terhubung dengan Stasiun Tuntang, Stasiun Jambu, dan Stasiun Bedono.

Di sana, terdapat 21 koleksi lokomotif hingga bangunan stasiun maupun perlengkapannya yang masih terjaga keasliannya. Semuanya memiliki nilai histori tinggi. Tak hanya dari sisi pengembangan kereta api di tanah air, tapi juga cerita tentang sejarah kemerdekaan negeri ini.

Di masa penjajahan, sektor kereta api dikelola perusahaan swasta Belanda bernama Nederlands Indische Spoorweg Maatschappij (NISM). Pembangunan rel kereta di Ambarawa merupakan fase pertama pembangunan kereta api di Indonesia.

Awalnya Stasiun Ambarawa dibangun dengan kayu pada 1873. Lalu, diganti menggunakan beton pada 1907. “Bangunan beton inilah yang bertahan hingga sekarang,” ujarnya.

Kereta api saat itu pun hanya digunakan untuk dua kepentingan, mengangkut gula dari pabrik dan mengangkut tentara Belanda. “Jadi, kereta-kereta ini dulu bukan untuk penumpang. Tapi, mengangkut gula dari Jogjakarta ke berbagai negara, termasuk Belanda,” paparnya.

Baca Juga  Pendakian Terakhir Lilie dan Elsa, ”The Hiking Queen” Mamak Pendaki Mamak Gigi

Berkat stasiun Ambarawa pula, Belanda menjadi pengekspor gula terbesar kedua di dunia. Terang saja gula-gula itu berasal dari pabrik-pabrik di Indonesia.

Stasiun Ambarawa juga menjadi saksi bisu luar biasanya perjuangan para pahlawan merebut kemerdekaan. Yakni, ketika Jenderal Besar Soedirman menerapkan strategi Supit Urang.

Strategi dengan teknik pengepungan terhadap Ambarawa. Yang pada akhirnya Ambarawa berhasil dikuasai pejuang, termasuk benteng dan stasiunnya. “Supit Urang itulah yang digunakan Jenderal Soedirman menaklukkan Belanda di Ambarawa,” tegasnya. (idr/c7/ris/jpg)

Bagikan:

Berita Terkini