TARAKAN – Inflasi pada Juni 2024 tetap terjaga pada kisaran target 2,5±1 persen. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), gabungan tiga kota Indeks Harga Konsumen (IHK) di Provinsi Kaltara tercatat mengalami deflasi -0,08 persen mtm, lebih rendah dari capaian bulan sebelumnya yang sebesar 0,11 persen mtm.
Secara tahunan, inflasi gabungan tiga kota IHK Kaltara sebesar 2,39 persen yoy. Capaian tersebut lebih rendah dari capaian nasional yang mengalami inflasi sebesar 2,51 persen yoy. Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Kaltara Wahyu Indra Sukma mengatakan, inflasi gabungan di Kaltara terutama didorong oleh kelompok perikanan. Terutama pada komoditas ikan layang ikan benggol 0,05 persen, kacang panjang 0,02 persen, daging ayam ras 0,02 persen, terong 0,02 persen dan komoditas kol putih atau kubis 0,02 persen.
“Peningkatan pada komoditas ikan layang terjadi karena bencana hidrometeorologi. Menyebabkan angin Muson Timur dari Australia membuat perairan di Selat Makassar menjadi panas. Sehingga banyak ikan layang yang mati mengakibatkan kelangkaan pasokan,” jelasnya, Selasa (2/7).
Sedangkan, inflasi pada bulan laporan tertahan oleh deflasi pada komoditas beras -0,06 persen, bawang merah -0,05 persen, ikan tongkol -0,03 persen, kangkung -0,03 persen dan komoditas jagung Mlmanis -0,02 persen.
“Dalam menjaga tekanan inflasi, TPID se-Provinsi Kaltara secara konsisten terus bersinergi dalam pengendalian inflasi. Beberapa strategi berlandaskan 4K (Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi Efektif) telah dilaksanakan. Diantaranya kegiatan pasar murah di Nunukan pada 8 Juni, Kota Tarakan pada minggu ke 2 dan minggu ke 4,” sebutnya.
Pihaknya juga melaksanakan rapat teknis TPID sebagai langkah konkret pengendalian inflasi menuju momen HBKN Iduladha 1445 H. Selain itu telah dilaksanakan juga pelatihan budidaya produksi lipat ganda (proliga) cabai merah. Untuk meningkatkan produktivitas dan digital farming pada sisi hulu di Kota Tarakan.
Kemudian telah melaksanakan tanam perdana metode proliga dan panen bersama di Tanjung Palas Tengah, Kabupaten Bulungan. Panen padi program pupuk organik MA-11 pada klaster padi di Panca Agung, Kabupaten Bulungan.
Sementara, berdasarkan hasil pemantauan BPS Kaltara di tiga kabupaten/kota, terjadi inflasi year-on-year (y-on-y) 2,39 persen. Kenaikan ini mengakibatkan Indeks Harga Konsumen (IHK) naik dari 103,05 pada Juni 2023 menjadi 105,51 pada Juni 2024.
Untuk tingkat inflasi month-to-month (m-to-m) tercatat -0,08 persen, sementara tingkat inflasi year-to-date (y-to-d) mencapai 1,09 persen. Inflasi y-on-y di provinsi ini terjadi akibat kenaikan harga pada beberapa kelompok pengeluaran.
Menurut Kepala BPS Kaltara Mas’ud Rifai, inflasi y-on-y di Provinsi Kalimantan Utara terjadi kenaikan harga, yang ditunjukkan oleh naiknya indeks kelompok pengeluaran. Berupa kelompok makanan, minuman dan tembakau 4,78 persen. Lalu, kelompok pakaian dan alas kaki 2,84 persen. Kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga 0,09 persen.
“Selanjutnya, kelompok kesehatan 0,59 persen, kelompok transportasi 1,90 persen. Serta kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya 0,81 persen,” sebutnya.
Ada juga kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks, yakni kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga 0,24 persen. Kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan 0,23 persen.
Beberapa komoditas utama yang memberikan kontribusi terbesar terhadap inflasi y-on-y pada Juni 2024 meliputi beras, tomat, emas perhiasan, cabai rawit, angkutan udara, ikan layang, bawang merah, bawang putih, sigaret kretek mesin (SKM), dan sigaret putih mesin (SPM).
Disisi lain, komoditas yang memberikan andil terhadap deflasi y-on-y, seperti ikan bandeng/ikan bolu, udang basah, baju muslim wanita, pisang, daging ayam ras, telepon seluler, bahan bakar rumah tangga, kangkung, sabun detergen bubuk, dan kemeja panjang katun pria.
Untuk inflasi m-to-m pada Juni 2024, komoditas dominan yang berkontribusi antara lain ikan layang, kacang panjang, daging ayam ras, terong, kol putih, cabai merah, minyak goreng, labu parang, tomat, dan sepeda motor.
“Komoditas yang memberikan andil terhadap deflasi m-to-m yakni beras, bawang merah, ikan tongkol, kangkung, jagung manis, cabai rawit, sawi hijau, ikan bandeng, telur ayam ras, dan ketimun,” bebernya.
Pada Juni 2024, beberapa kelompok pengeluaran memberikan andil signifikan terhadap inflasi y-on-y, di antaranya kelompok makanan, minuman, dan tembakau, transportasi, penyediaan makanan dan minuman/restoran, pakaian dan alas kaki. Serta kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga.
Tak terkecuali juga terjadi pada kelompok kesehatan, rekreasi, olahraga, dan budaya serta pendidikan.
Sementara itu, kelompok pengeluaran yang memberikan andil terhadap deflasi y-on-y adalah kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan, serta perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga. (kn-2)