Nilai Ekspor Kaltara Capai USD 124,15 Juta

EKSPOR KOMODITI: Pelabuhan Kayan I Tanjung Selor dipergunakan untuk aktivitas bongkat muat komoditi keperluan masyarakat.

TANJUNG SELOR – Ekspor komoditi melalui pelabuhan di Provinsi Kalimantan Utara mencatat peningkatan pada Juli 2024, dengan kenaikan 1,06 persen dibandingkan bulan sebelumnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltara, nilai ekspor pada Juli 2024 mencapai USD 124,15 juta, naik dari USD 122,85 juta di Juni 2024. Seluruh komoditi yang diekspor merupakan barang non-migas. Kepala BPS Kaltara Mas’ud Rifai menjelaskan, meskipun ada peningkatan pada bulan Juli. Namun, jika dilihat dari periode Januari hingga Juli 2024, nilai ekspor non-migas Kalimantan Utara mencapai USD 1.573,26 juta. Justru mengalami penurunan 2,54 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Peningkatan ekspor pada Juli 2024 disebabkan oleh naiknya ekspor gas alam sebesar 251,19 persen, hasil industri yang naik 26,69 persen. Serta hasil pertanian yang meningkat 15,05 persen. “Namun, ekspor dari sektor tambang justru mengalami penurunan sebesar 8,04 persen,” ujarnya, Jumat (20/9).

Pada Juli 2024, nilai ekspor asli dari Kaltara tercatat USD 114,67 juta, justru mengalami penurunan 16,49 persen dibandingkan bulan Juni yang mencapai USD 137,31 juta. Penurunan ini didominasi oleh turunnya nilai ekspor sektor pertambangan yang menurun 19,85 persen menjadi USD 89,36 juta. Serta hasil industri yang turun 18,04 persen menjadi USD 18,14 juta.

Baca Juga  Belanja Pemerintah Penggerak Utama ekonomi

Namun, sektor hasil pertanian menunjukkan tren positif dengan peningkatan ekspor 30,95 persen, mencapai USD 3,45 juta. Sektor ini menunjukkan potensi yang menjanjikan di tengah penurunan sektor lainnya.

“Sebagian dari ekspor Kaltara pada Juli 2024 dilakukan melalui pelabuhan di luar provinsi. Nilainya mencapai USD 5,95 juta. Dengan kontribusi terbesar berasal dari pelabuhan di Jawa Timur USD 4,89 juta, Sulawesi Selatan USD 1,06 juta, dan DKI Jakarta USD 0,0002 juta,” sebut dia.

Lima negara tujuan utama ekspor Kaltara pada Juli 2024 adalah Tiongkok, Filipina, India, Jepang, dan Korea Selatan, yang secara kolektif berkontribusi 86,82 persen terhadap total ekspor. Nilai ekspor ke Tiongkok mencapai USD 52,58 juta, Filipina USD 20,82 juta, India USD 16,29 juta, Jepang USD 13,43 juta, dan Korea Selatan USD 4,68 juta.

Baca Juga  Gelar RUPS Tahunan, PT Pertamina Hulu Indonesia Catatkan Kinerja Positif sepanjang 2023

Beberapa negara tujuan ekspor, seperti Tiongkok, Filipina, Malaysia, dan Selandia Baru, mengalami peningkatan nilai ekspor pada Juli 2024 dibandingkan bulan sebelumnya. Untuk negara tujuan lainnya seperti India, Jepang, Korea Selatan, dan Thailand mengalami penurunan nilai ekspor.

“Dengan fluktuasi ekspor di berbagai sektor dan negara tujuan, BPS Kaltara berharap pemerintah dan pelaku usaha terus mendorong upaya diversifikasi dan peningkatan daya saing komoditi ekspor non-migas. Agar Kaltara tetap kompetitif di pasar global,” jelasnya.

Sementara berkaitan perkembangan inflasi pada Agustus 2024. Kabupaten Nunukan menjadi daerah dengan inflasi tertinggi di Kaltara. Angka tersebut berdasarkan data dari BPS Kaltara.

Diketahui, inflasi Kabupaten Nunukan sebesar 1,84 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) 107,24. Sementara inflasi terendah di Kaltara terjadi di Tanjung Selor sebesar 0,64 persen dengan IHK 104,54.

Baca Juga  Ekspor Komoditas Meningkat 100,94 Persen

Dikatakan Rifai, pada Agustus 2024, inflasi Kaltara year on year (yoy) sebesar 1,59 persen. Sedangkan tingkat inflasi month to month(mtm) sebesar -0,19 persen. Inflasi tersebut dipicu adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kelompok pengeluaran yaitu, makanan, minuman dan tembakau sebesar 2,48 persen.

“Lalu kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 2,87 persen, kelompok kesehatan 0,77 persen, kelompok transportasi 0,90 persen,” ujarnya.

Tak hanya itu saja, beberapa kelompok lainnya juga ikut andil dalam kenaikan inflasi seperti, kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,21 persen. kelompok pendidikan 0,30 persen, kelompok penyediaan makanan dan minuman atau restoran 2,80 persen, kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya 4,97 persen. Untuk kelompok yang mengalami penurunan adalah kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga 0,33 persen.

“Ada juga kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,13 persen, kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan 0,19 persen,” tutupnya. (kn-2)

Bagikan:

Berita Terkini