Layanan Makanan Haji Dipuji Jemaah Madinah dan Makkah, Bukan Lagi Disamaratakan

KONSUMSI JEMAAH: Koordinator Layanan Konsumsi untuk Sektor 1 Madinah, Djubaidah, menunjukkan box makan malam untuk calon jemaah haji.

Sejak kedatangan pertama pada 2 Mei 2025, sebanyak 95 ribu calon jemaah haji Indonesia telah tiba di Madinah hingga Kamis (15/5). Di tengah arus kedatangan tersebut, sektor layanan konsumsi terus memastikan seluruh jemaah, termasuk kelompok lansia, mendapatkan makanan sesuai kebutuhan dan waktu yang tepat.

DI Sektor 1 Madinah, layanan konsumsi menjangkau 18 hotel dengan sistem pendistribusian tiga kali sehari, mulai dari pukul 05.00 hingga 19.00 waktu Arab Saudi. Tim konsumsi yang dipimpin oleh Djubaidah, terdiri atas delapan orang yang bertugas penuh sejak tanggal 2 Mei lalu.

“Setiap harinya, kami melayani jemaah dari menu selamat datang, kemudian pendistribusian kami lakukan selama tiga tahap: makan pagi, siang, dan malam,” ujarnya saat ditemui di Hotel Dar Alhijra Intercontinental, Madinah, Arab Saudi, Selasa (13/5) lalu.

Untuk sarapan, makanan didistribusikan mulai pukul 05.00 hingga 08.00 WAS. Makan siang dibagikan antara pukul 12.00 hingga 14.00 WAS, dan makan malam antara pukul 17.00 hingga 19.00 WAS. Seluruh makanan diserahkan terlebih dahulu kepada Ketua Rombongan (Karom), lalu diteruskan ke Ketua Regu (Karu) untuk dibagikan ke masing-masing kamar.

Baca Juga  Tak Hanya Sekadar Bisnis, Seni Pottery Bikin Happy dan Jadi Terapi

Menariknya, tahun ini ada inovasi pada layanan konsumsi bagi jemaah lanjut usia. Jika sebelumnya menu lansia disediakan secara seragam, kini sistem tersebut diubah menjadi by request. Artinya, makanan khusus seperti bubur hanya akan disediakan jika memang diminta.

“Evaluasi dari tahun lalu, ada lansia yang memang tidak menghendaki menu khusus seperti bubur. Tahun ini kami minta Karom untuk mengajukan permintaan bila ada lansia yang memang membutuhkan menu lunak,” ujar Djubaidah.

Permintaan tersebut, lanjutnya, akan langsung diteruskan ke pihak katering yang telah disiapkan untuk merespons cepat permintaan tersebut. “Alhamdulillah pihak katering sangat cepat mengakomodasi permintaan lansia,” ucapnya.

Untuk menjamin kualitas makanan, petugas konsumsi di sektor ini juga melakukan uji rasa terhadap setiap menu yang akan didistribusikan. “Kami icip-icip dulu, pastikan nasinya matang, lauknya sesuai menu dan tidak berbau. Kalau aman, baru kami distribusikan,” jelas Djubaidah.

Petugas juga mewajibkan pihak katering datang 30 menit sebelum waktu distribusi untuk memastikan makanan tidak datang terlambat dan bisa diuji coba terlebih dahulu.

Dengan sistem yang terus disempurnakan ini, diharapkan seluruh jemaah, termasuk lansia dan disabilitas, tetap bisa menikmati makanan yang layak, higienis, dan sesuai kebutuhan fisik mereka selama beribadah di Tanah Suci.

Baca Juga  Menanam Kaktus Koboi yang Mudah Dikembangbiakkan dan Tak Rewel

“Semoga layanan ini menjadi salah satu bentuk kemudahan bagi jemaah dalam menjalankan rukun Islam kelima,” tutur Djubaidah.

Makanan lezat yang terasa seperti masakan rumah sendiri menjadi salah satu faktor kenyamanan jemaah haji Indonesia selama berada di Tanah Suci.

Kepuasan jemaah pun dirasakan langsung di lapangan. Kanti, jemaah asal Kediri, Jawa Timur, mengaku senang dengan rasa makanan yang diterimanya. “Katering makanan enak sekali, sesuai lidah kita. Kalau di Makkah itu masih ada pedas-pedasnya, selera kita banget,” ujar guru asal Kediri itu saat ditemui di salah satu hotel sektor 10 Makkah, Rabu (14/5).

Kanti juga memuji keramahan petugas serta kenyamanan hotel tempatnya menginap. “Pelayanan petugas baik sekali. Kamarnya luas dan bersih. Alhamdulillah saya sampai di Makkah, saya menangis lihat Kakbah,” katanya penuh haru.

Baca Juga  Apresiasi Kebijakan Pangan dan Pertanian di era Jokowi

Testimoni senada datang dari Nurcholis, jemaah asal Kediri lainnya. “Enak, sesuai dengan lidah orang Indonesia. Nggak ada bedanya. Bumbunya sama, rempahnya sama. Hotelnya nyaman, petugasnya juga ramah,” katanya.

Nurcholis juga mengapresiasi layanan bus shalawat yang menurutnya memudahkan akses jemaah dari hotel ke Masjidil Haram. “Sangat membantu, jadi kami tidak perlu bingung ke mana-mana,” ujarnya.

Sementara itu, di Madinah, suasana kebersamaan juga terasa saat waktu makan. Seperti yang dialami Wachudi Sukardi, jemaah asal Batang dari Kloter 24 SOC. Ia bersama rombongannya biasa makan siang di lorong hotel karena keterbatasan ruang makan. Namun, hal itu tidak mengurangi rasa syukur.

“Menunya cocok, malah lebih enak dari yang biasa saya makan sehari-hari. Terima kasih petugas,” ujar Wachudi sambil tertawa, diamini oleh jemaah lainnya.

Dengan sistem distribusi yang rapi, uji rasa ketat sebelum makanan disalurkan, serta kemampuan mengakomodasi kebutuhan khusus seperti menu lunak bagi lansia. PPIH terus berupaya memastikan bahwa jemaah haji Indonesia dapat menjalani ibadah dengan nyaman, tanpa perlu khawatir soal makan. (jpg)

Bagikan:

Berita Terkini