Basis data kriminal yang dikembangkan Briptu Renita Rismayanti memudahkan polisi PBB yang ditugaskan di Afrika Tengah memetakan dan menganalisis titik rawan kejahatan. Petinggi operasi PBB memujinya sebagai bentuk kontribusi perempuan bagi perdamaian.
ILHAM WANCOKO, Jakarta
TINGKAT kejahatan yang tinggi di Republik Afrika Tengah membuat hati Briptu Renita Rismayanti tergugah. Sebagai petugas database kejahatan dalam Misi Stabilisasi Terintegrasi Multidimensi PBB di negeri bekas jajahan Prancis tersebut, perempuan asal Magelang, Jawa Tengah, itu berupaya keras untuk membantu.
Selama berbulan-bulan bekerja, akhirnya Renita berhasil mengembangkan basis data kriminal. Basis data kriminal itu memudahkan polisi PBB memetakan dan menganalisis titik rawan kejahatan.
Nantinya teknologi basis data kriminal tersebut akan diserahkan kepada kepolisian Republik Afrika Tengah. “Supaya dapat membantu mereka merencanakan operasi dan mendukung keamanan masyarakat,” ujarnya dalam beberapa kesempatan ketika dikontak Jawa Pos dari Jakarta.
Polwan 27 tahun itu merupakan salah satu anggota Kontingen Garuda Bhayangkara Satgas FPU 5 Minusca yang bertugas di Bangui, Republik Afrika Tengah. Kontingen tersebut terdiri dari 116 pria dan 40 wanita.
Sejumlah tantangan dihadapi Renita yang menjadi polwan sejak 2014 selama membantu membuat basis data kriminal tersebut. Salah satunya terjangkit malaria. “Bukan hanya sekali, tapi dua kali,” ungkapnya ketika dikontak kembali Senin (27/5) malam.
Padahal, setiap petugas telah diberi vaksin malaria. “Rasa sakitnya malaria ini tidak terbayangkan. Dari pegal linu, demam, sakit kepala, sampai mual, semua campur aduk,” paparnya.
Renita pun sempat khawatir sakitnya tersebut memengaruhi tugasnya. Namun, keyakinan dan keteguhannya membuatnya mampu melewati masa-masa sulit.
Setelah upayanya membantu membuat basis data kriminal selesai, atasannya di PBB mengajukannya menjadi salah satu penerima penghargaan PBB. Melalui seleksi yang ketat, akhirnya Renita diganjar PBB penghargaan United Nations (UN) Women Police Officer of the Year dalam ajang Pekan Polisi PBB di New York pada 16 November 2023 lalu.
Renita berharap penghargaan itu bisa menjadi motivasi untuk semua anggota Polri. Sekaligus merupakan bentuk terima kasih kepada Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dan Kadivhubinter Polri Irjen Krishna Murti yang telah memberikan dukungan. “Tanpa dukungan Kapolri dan Kadivhubinter, tentunya ini tidak akan tercapai,” ucapnya.
Sementara itu, penasihat kepolisian PBB Faisal Shahkar menuturkan, masa depan kepolisian PBB makin cerah berkat kontribusi Briptu Renita. Sekaligus membuktikan bahwa bukan hanya polisi pria yang bisa membuat gagasan baru. “Polisi wanita juga bisa melakukan terobosan untuk gagasan baru. Apalagi dalam bidang teknologi,” urainya.
Bahkan, pencapaian ini didapatkan kendati Renita merupakan polisi wanita termuda di antara para polisi PBB yang ditugaskan di Afrika Tengah pada 2023. “Itu pencapaian yang luar biasa,” ujarnya.
Wakil Sekretaris Jenderal Operasi Perdamaian PBB Jean-Pierre Lacroix mengatakan, Briptu Renita merupakan contoh yang bagus tentang partisipasi dan kepemimpinan perempuan dalam memelihara perdamaian. “Ini meningkatkan efektivitas dalam melindungi dan membangun perdamaian. Sehingga memenuhi tantangan saat ini dan masa depan,” jelasnya.
Kapolri Jenderal Sigit pun turut mengapresiasi raihan Briptu Renita. “Apresiasi setinggi-tingginya diberikan kepada anggota yang berprestasi. Sekaligus kepada seluruh stakeholder yang mendukung seperti Kementerian Luar Negeri, Divhubinter Polri, dan semua pihak,” tuturnya.
Renita yang bertugas di Afrika Tengah sejak September tahun lalu dan dijadwalkan balik akhir Mei ini merasa beruntung karena bisa menggunakan kemampuannya dalam bidang teknologi untuk meningkatkan keamanan di negara yang dulu bernama Ubangi-Shari tersebut. “Ini menjadi bukti semua bidang di kepolisian itu terbuka untuk perempuan meraih prestasi,” tuturnya. (*/c9/ttg/jpg)