Spesialis juri kontes iguana Paulus Wikar menyatakan, persiapan iguana kontes tidak hanya dimulai dari bayi. Melainkan sejak pemilihan indukan. Sebab, aspek bakat sejak lahir sangat menentukan.
JIKA indukan jelek, kans melahirkan bayi iguana yang bagus sangat kecil. Sebaliknya, jika indukan bagus, peluang melahirkan bibit yang baik lebih terbuka.
“Kita harus lihat kualitas indukan. Bibit, bebet, bobot,” ujarnya ditemui di Jakarta Selasa (26/12). Terlebih untuk kontes jenis iguana merah. Sebab, tidak semua iguana merah memiliki grade warna yang menarik.
Indukan yang baik, lanjut Paulus, ditandai dengan anatomi tubuh yang bagus. Kriteria yang paling utama biasanya dilihat dari spike. Spike merupakan bagian tubuh mirip gerigi yang membentang di sepanjang punggung atas iguana.
Ciri spike yang baik adalah memiliki kondisi yang tebal, rapat, dan tinggi. “Nggak semua iguana itu spike-nya bisa tebel-tebel. Ada yang tipis, ada yang jarang-jarang jaraknya,” jelas pemilik Loong Farm tersebut.
Paulus mengungkapkan, sejak anakan, bakat bagus sudah terlihat. Baik dari sisi warna maupun spike-nya. Lebih dari itu, untuk kontes harus dipastikan kesempurnaan semua anatomi tubuhnya. Lengkap dari kepala hingga ekor.
“Jarinya harus komplet. Jangan ada cacat, ya. Jenggernya tidak boleh bolong atau sobek. Ekornya tidak boleh keriting, tidak boleh putus,” terangnya.
Maklum saja, kesempurnaan anatomi tubuh menjadi salah satu aspek yang dinilai dalam kontes. Selain itu, ada tiga aspek lain, yakni kesehatan, warna dan corak, serta karakter. Untuk aspek karakter, iguana yang baik untuk kontes adalah yang jinak. Sebab, sebagai bukti hewan tersebut dipelihara dan dirawat, karakter jinak menjadi pertimbangan.
“Kalau liar, otomatis ia galak. Artinya kan, hewan itu bukan peliharaan. Bisa aja dia tangkap di got, besok dikontesin,” jelasnya.
Dalam beberapa kasus, iguana kontes yang menggigit akan langsung didiskualifikasi. Untuk perawatan, ada banyak aspek yang harus disiapkan. Kandang, misalnya.
Desain kandang disarankan yang setiap sisinya mulus seperti kaca atau kontainer. Tujuannya, tidak terjadi gesekan yang mengakibatkan kerusakan anatomi. Khususnya spike yang sangat rawan patah.
Kemudian, untuk lingkungan, harus dipastikan asupan cahaya mataharinya cukup. Pada musim matahari jarang bersinar, kebutuhan tersebut dapat digantikan dengan lampu-lampu khusus. “Sinar itu untuk metabolisme dia,” terangnya.
Jika iguana kurang terkena sinar, efeknya metabolisme terganggu sehingga pencernaan iguana tidak berfungsi. Imbasnya bisa fatal, yaitu kematian.
Dari aspek kebutuhan nutrisi, iguana yang baik harus mendapatkan asupan yang cukup. Makanan utamanya adalah sayur-sayuran dan buah-buahan.
“Komposisinya itu sayur-sayuran 70 persen dan buah-buahan 30 persen,” bebernya.
Sayuran yang disarankan adalah berjenis merambat seperti kangkung dan daun ubi. Sementara, buah yang direkomendasikan yang mengandung beta karoten seperti labu ataupun stroberi dan keluarga beri lainnya. Makanan tambahan dapat berupa pellet guna memastikan kebutuhan gizi yang seimbang.
Perawatan berlangsung konsisten sepanjang hari. Untuk usia kontes, iguana tidak harus menunggu berukuran jumbo. Sebab, ada juga lomba untuk kelas usia anakan.
Paulus mengungkapkan, iguana dengan kualitas bagus dan dapat dikembangkan untuk kontes memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Untuk anakan saja, kualitas baik bisa dibanderol Rp 20 juta.
Umumnya, penghobi iguana akan memulai memilih koleksi dari anakan untuk dibentuk dibanding membeli yang sudah jadi. “Kalau udah jadi, ’seninya’ kurang. Nggak ada tantangannya,” tandasnya.
EMPAT POIN PENILAIAN DALAM KONTES IGUANA
Kesehatan iguana harus prima dan tidak terpapar penyakit apa pun.
Anatomi tubuh. Memiliki struktur bagian tubuh yang lengkap tanpa ada bagian tubuh yang kurang, hilang, atau cacat.
Kekuatan warna dan corak. Iguana memiliki grade warna yang kuat serta corak yang indah.
Karakter. Iguana harus menunjukkan karakter jinak untuk membuktikan terawat dengan baik. (far/c14/nor/jpg)