Tingkatkan Mutu Pendidikan Dasar di Bulungan

TANJUNG SELOR – Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), Kementerian Agama (Kemenag), tim INOVASI (Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia) bersama perwakilan Kedutaan Besar Australia dan Komisi Disabilitas Nasional menyerahkan alat bantu bagi peserta didik penyandang disabilitas, di Ruang Tenguyun Lantai II Kantor Bupati pada Kamis (8/5).

Kegiatan dirangkai peluncuran Jejoo atau jejaring konseling online berbasis kecerdasan buatan (AI) untuk mendukung pembelajaran inklusif di sekolah dan madrasah di Bulungan.

Baca Juga  Fungsional Gedung Rawat Inap VIP dan IGD, Ditarget Sebelum Lebaran

Bupati Bulungan Syarwani, S.Pd, M.Si menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah Pusat serta pemerintah Australia melalui program INOVASI yang telah melaksanakan programnya di Bulungan selama 9 tahun terakhir. Ditegaskan, INOVASI sebagai mitra pembangunan yang produktif telah banyak membantu melakukan terobosan inovatif dalam meningkatkan mutu pendidikan dasar di Bulungan.

“Berdasarkan analisa data Profil Belajar Siswa (PBS) di Kabupaten Bulungan ditemukan dari 43.723 siswa, teridentifikasi 568 siswa mengalami kesulitan fungsional. Dengan rincian 126 anak kesulitan ringan, 64 anak kesulitan sedang, 65 anak kesulitan berat,” ungkap Bupati.

Baca Juga  Raih Penghargaan DID Rp 12,4 Miliar

Selain itu, dibutuhkan 118 alat bantu belajar khusus seperti kacamata dan alat bantu dengar. Tanpa intervensi yang serius, hanya sekitar 2,8 persen dari mereka yang berpeluang menyelesaikan pendidikan hingga perguruan tinggi.

Baca Juga  Target Swasembada Pangan Yakin Tercapai

Bupati menegaskan, pendidikan inklusif bukanlah beban, melainkan investasi jangka panjang yang sangat penting. “Ketika kita memberikan akses dan dukungan yang setara kepada semua anak, termasuk anak penyandang disabilitas. Kita sedang membangun pondasi bagi masyarakat yang lebih adil, mandiri, produktif, dan berdaya saing,” tuturnya.

Sebaliknya, jika gagal menyediakan layanan pendidikan yang inklusif hari ini. Maka berisiko menciptakan generasi yang terpinggirkan, kehilangan potensi, dan memperbesar kesenjangan sosial di masa depan. (kn-2)

Bagikan:

Berita Terkini