TARAKAN – Bea Cukai Tarakan terus memperkuat peranannya dalam mendorong pertumbuhan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Tidak hanya untuk berjaya di pasar lokal Kalimantan Utara, tetapi juga menembus pasar ekspor.
Kepala Seksi Penyuluhan dan Layanan Informasi Bea Cukai Tarakan Andy Herwanto mengatakan, secara aktif memberikan pendampingan dan edukasi kepada UMKM binaan, khususnya terkait proses ekspor. Mulai dari pembuatan akun, pengisian dokumen Profil Importir dan Eksportir (PIP), hingga pemanfaatan aplikasi CEISA Care untuk menangani kendala sistemik.
“Kami ingin memastikan UMKM binaan tidak hanya mengerti teori. Mulai dari administrasi hingga penanganan kendala sistem ekspor, semuanya kami asistensi,” ujarnya, Jumat (30/5).
Saat ini terdapat 9 hingga 10 UMKM aktif binaan Bea Cukai Tarakan, yang bergerak di berbagai sektor, seperti makanan olahan dan hasil perikanan. Beberapa di antaranya telah melakukan ekspor skala kecil sebagai tahap uji coba. Sementara lainnya tengah dipersiapkan untuk ekspor penuh.
Menurut Andy, secara kualitas, sebagian besar produk UMKM sudah memenuhi standar ekspor. Mulai dari kemasan yang menarik hingga legalitas seperti sertifikat halal dan izin usaha. Namun, tantangan utama terletak pada pemasaran dan akses pasar global.
“Mutu produk mereka sudah baik. Tantangannya kini adalah bagaimana memperluas jaringan dan menemukan pembeli di luar negeri,” jelasnya.
Sebagai solusi, Bea Cukai Tarakan turut mempromosikan produk UMKM melalui media sosial, kampanye digital, serta menjalin kerja sama dengan berbagai pihak. Selain itu, UMKM juga diperkenalkan dengan aplikasi CEISA Care, sebuah platform pelaporan gangguan sistem ekspor yang memudahkan pelaku usaha melapor secara langsung.
Salah satu pencapaian membanggakan, kata Andy, keberhasilan ekspor produk perikanan dari salah satu UMKM ke Jepang. Proses pengiriman dilakukan melalui jalur udara, dengan pengurusan Pemberitahuan Impor Barang (PIB) tetap dilakukan di Tarakan.
“Ini bukti bahwa produk lokal dari Tarakan punya daya saing global,” katanya.
Meski demikian, ekspor UMKM binaan masih terbatas. Hal ini disebabkan sebagian besar pelaku usaha masih dalam proses adaptasi terhadap mekanisme ekspor dan membutuhkan pendampingan lebih lanjut.
“Target kami bukan hanya ekspor sesekali, tapi kesiapan penuh. Ketika ada permintaan besar dari luar, mereka harus siap,” pungkasnya. (kn-2)