TARAKAN – Tim gabungan Badan Narkotika Nasional Kota (BNNK) Tarakan bersama TNI, Polri, dan Satpol PP kembali menggelar razia di tempat hiburan malam (THM) pada Jumat (1/8) malam.
Operasi ini berhasil mengamankan tiga orang yang dinyatakan positif menggunakan narkotika. Kepala BNNK Tarakan, Evon Meternik menjelaskan, operasi deteksi dini penyalahgunaan dan peredaran narkotika ini melibatkan 20 personel gabungan.
“Ada 10 personel dari BNN, 4 dari Satpol PP, 3 dari Polres, serta masing-masing satu dari POM AD, POM AU, dan POM AL,” sebut Evon, Minggu (3/8).
Razia menyasar tiga lokasi berbeda secara acak, yaitu di KP Bobi, Pot KP, dan sebuah tempat biliar di Matatara. Dari ketiga lokasi tersebut, total 30 orang diperiksa.
“Dari 30 orang yang kita periksa, tiga di antaranya dinyatakan positif narkotika. Ketiga orang yang diamankan merupakan laki-laki berusia sekitar 25 tahun dan ditemukan di tempat biliar,” ungkapnya.
Meskipun tidak ditemukan barang bukti di lokasi, ketiganya mengakui menyalahgunakan narkotika sebagai “doping” untuk mendukung pekerjaan mereka di sebuah tempat pencucian kendaraan. Saat ini ketiganya sedang didalami untuk melacak dari mana mereka membeli barang tersebut. Mereka juga diwajibkan lapor ke BNNK Tarakan karena termasuk pengguna coba-coba.
Lebih lanjut, ia menuturkan BNNK Tarakan akan terus menggalakkan razia serupa secara rutin. Hal ini dilakukan untuk memastikan THM tidak menjadi sarang peredaran narkotika.
“Kami akan programkan kegiatan ini secara acak setiap minggunya, agar THM benar-benar bebas dari narkotika dan mendukung program pencegahan penyalahgunaan narkotika sesuai arahan Presiden,” tegasnya.
Sebelumnya, tim gabungan juga telah merazia enam THM di Kota Tarakan. Hasilnya, satu orang pengunjung di salah satu tempat hiburan malam dinyatakan positif. Selain THM, BNNK juga pernah melakukan razia di kos dan kontrakan yang hasilnya juga menemukan tiga orang positif narkotika dan menemukan alat hisap sabu (bong).
Dia mengakui jumlah kasus penyalahgunaan narkotika di lapangan kemungkinan lebih banyak. Ia menyebut fenomena ini sebagai gunung es. Di mana yang terungkap hanya sebagian kecil dari total kasus sebenarnya.
“Banyak pengguna yang takut atau malu untuk melapor. Sehingga data yang kita miliki hanya berdasarkan kasus yang tertangkap atau yang melapor,” tutupnya. (kn-2)