TARAKAN – Hujan deras mengguyur Kota Tarakan sejak Minggu (26/5) malam hingga Senin (27/5). Akibatnya membuat tanah longsor di tiga titik, banjir dan pohon tumbang.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Tarakan mencatat lokasi longsor, yakni di RT 10 dan RT Kelurahan Karang Anyar dan RT 10 Kelurahan Kampung Satu Skip Tarakan Tengah. Pemilik Rumah di RT 15, Kelurahan Karang Anyar, Bernardus mengatakan, sekitar pukul 06.30 Wita berada di depan rumah selepas mengantar anaknya sekolah. Ia sempat mendengar suara gemuruh di belakang rumahnya.
“Itu tanah tingginya 1,5 meter. Tapi belum jebol (dinding rumahnya). Akhirnya saya ambil sekop untuk kasih jalan air. Kemudian saya menghubungi keluarga dan teman untuk minta tolong,” ucapnya.
Lalu, beberapa warga sudah mulai berada di rumah Bernardus untuk berjaga. Sekitar pukul 08.00 Wita, ia mendengar lagi gemuruh dengan suara yang cukup kencang. Benar saja, tanah tersebut sudah menghantam dinding rumahnya. “Jadi sudah jebol. Kami amankan barang-barang di dapur dan taruh ke rumah tetangga,” tuturnya.
Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi (RR) dan Kedaruratan dan Logistik (Darlog) BPBD Kota Tarakan Asril Maulid mengatakan, longsor yang menimpa jalanan di RT 10 sudah ditangani. Dengan melakukan pengerukan menggunakan skop bersama warga sekitar.
“Sementara untuk longsor di RT 15, menghantam dinding dapur rumah salah satu warga. Akibatnya, dinding dapur mengalami kerusakan. Longsornya di belakang rumah, sama juga yang di Kampung Satu seperti itu,” ungkapnya.
Langkah pertama penanganan longsor ini, pihaknya melakukan penutupan tanah yang melekat pada dinding rumah menggunakan terpal. Tujuannya agar air hujan tak turun langsung ke tanah tersebut. Sehingga tidak merembes ke dalam rumah. Sementara sebagian tanah ditaruh di dalam karung guna dijadikan pondasi atau siring. Untuk menghambat laju air dan pergerakan tanah.
Terdapat pula permintaan dari warga yang tertimbun longsor untuk dilakukan pengecoran. Menyikapi hal itu, ia mengungkapkan terdapat program stimulan berupa bantuan secara periodik. Hanya saja bantuan yang diberikan tidak terlalu besar, yakni Rp 5 juta per titik longsor.
“Biasanya kami salurkan bantuan fisik seperti batu, semen, papan atau balok. Selain dari BPBD, Bagian Kesra Pemkot Tarakan juga memberikan bantuan Rp 1,5 juta per titik dengan tahapan analisis titik longsor terlebih dahulu. Sementara anggaran kami ada di tahun 2024. Tapi di tahun 2023 untuk korban yang terdampak longsor belum kami berikan bantuan. Jadi anggaran untuk 2024 ini masih diberikan bagi korban di tahun 2023,” bebernya.
Selain longsor, pihaknya memantau adanya banjir di sejumlah titik, seperti di Kelurahan Karang Anyar. Menurutnya, banjir didukung dengan adanya air laut yang pasang.
“Jadinya air tidak bisa keluar. Sebenarnya parit yang dibangun oleh pemerintah kota itu sudah mendukung. Tapi sanitasi muara itu ada, dan kami melihat kondisi saat ini,” ucapnya.
Adapun kondisi saat ini, banjir juga didukung dengan pemukiman warga. Berbeda seperti dulu, yang mana wilayah Karang Anyar masih menjadi wilayah hutan. Menurutnya, aspek banjir ini dipengaruhi banyaknya pendatang yang bermukim di wilayah Kota Tarakan. Namun, pihaknya telah melakukan mitigasi dengan mengedukasi ke masyarakat melalui RT setempat.
“Permasalahan lainnya, banyaknya bangunan rumah yang tak memiliki Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Tak terlepas dari semua itu, ya kita maklum saja sudah. Tapi kami tetap menangani semua ini,” tegasnya.
Selain banjir, pihaknya menangani adanya laporan pohon tumbang. Yakni di Kelurahan Mamburungan dan Kelurahan Kampung Satu Skip. “Ya banjir ada. Pohon tumbang juga ada. Kalau memang tumbang pohon itu ranahnya BPBD. Kalau di jalan besar itu ranahnya DLH,” tutupnya. (kn-2)