Semangat Punk di Kalangan Akademisi, ke Simposium Pakai Kaus Band atau Celana Pendek

BUKAN KONFERENSI BIASA: Tim PSN Indonesia peserta di perhelatan luring pertama pada Desember 2023.

Berangkat dari isu joki karya ilmiah dan Kampus Merdeka, Punk Scholars Network (PSN) Indonesia menghelat simposium bertema punk dan pedagogi. Bagi akademisi penghayat punk, kelas adalah skena, tempat diskusi, dan pertukaran informasi berlangsung.

 

ACARANYA simposium. Tapi, sama sekali jauh dari kesan formal. Sangat ngepunk. Tidak ada aturan berpakaian, hadirin pun mengenakan gelang layaknya di konser-konser musik.

“Boleh datang pakai kaus band, celana pendek. Tato kelihatan juga nggak masalah,” kata penggagas Punk Scholars Network (PSN) Indonesia Muhammad Fakhran al Ramadhan.

PSN Indonesia tempat para akademisi di tanah air menghayati semangat punk, gerakan yang muncul pada 1970-an pasca era Hippie. Secara garis besar, punk adalah semangat kebebasan, do-it-yourself, serta keberanian ”melompati pagar” yang disebut kemapanan.

Mereka yang bergiat di PSN Indonesia meyakini subkultur tersebut sangat dekat dengan segala aspek kehidupan. Itu misalnya mereka perlihatkan dalam rangkaian kegiatan yang dihelat tiap Desember.

Simposium tadi contohnya. Suasananya punk, dengan bahasan serius –bertajuk PSN 10th Annual Conference & Postgraduate Symposium: Punk & Pedagogy in Indonesia– dan dihadiri beragam kalangan. Ada dosen dan mahasiswa, ada pula penggemar punk yang sekadar silaturahmi.

Baca Juga  Pengalaman Dokter RS Terapung Kapal Waluya II Melayani Masyarakat di Daerah Pedalaman

Ada pula seminar, diskusi buku, serta skrining film yang dilanjutkan diskusi. Sesuai jiwa PSN Indonesia yang mewadahi akademisi atau pebelajar, tema simposium dipilih yang dekat dengan pendidikan: punk dan pedagogi.

Fakhran menyatakan, idenya muncul dari dua isu pendidikan yang ramai di pertengahan tahun lalu. Pertama, maraknya dosen yang menggunakan joki untuk penerbitan karya tulis. Kedua, Merdeka Belajar Kampus Merdeka atau MBKM, kebijakan baru Kemendikbudristek yang menjembatani pendidikan tinggi dan dunia industri.

Tema itu pun mendapat respons antusias. Reviewer sekaligus editor PSN Indonesia Raden Arief Nugroho menyebut, ulasan yang masuk tak melulu berpusat pada punk. Ada beberapa paper yang justru sangat pedagogis. Alias spesifik pada cara pengajaran. Dia mencontohkan, Pendampingan Pelajaran Katolik secara Cura Personalis bagi Anak Disabilitas Intelektual tulisan katekis (pengajar agama) Paskalis Dimaz Priambodo.

Cura personalis merujuk pada penghormatan dan perhatian pada tiap pribadi. Menurut dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Dian Nuswantoro, Semarang, itu, jurnal-jurnal yang masuk merefleksikan sisi lain punk.

Baca Juga  Dari Kecintaan ke Kesuksesan, Perjalanan Harry Su, Kolektor Anjing Ras di Indonesia

“Orang mungkin menganggap punk dengan ideologi atau filosofinya itu negatif atau gimana. Tapi banyak juga mereka yang punya semangat ini bisa membawa manfaat buat kemanusiaan. Yang dalam hal ini pendidikan,” lanjutnya.

Dalam seleksi pun, sebut Arief, tim PSN Indonesia memberlakukan standar yang ketat. Kaidah penulisan layaknya karya tulis ilmiah tetap diterapkan. Penjadwalan pengumpulan pun dikawal betul. Fakhran menyatakan, dari 16 karya terpilih, hanya sekitar sembilan orang yang mengumpulkan tulisan.

Karya-karya tersebut nanti dihimpun dan disunting sebelum diterbitkan secara digital via laman resmi PSN Indonesia. Fakhran dan Arief menilai, semangat punk sebenarnya ada di dunia pendidikan serta diakui dan bahkan disukai.

“Kita lihat sekolah alam, yang membebaskan muridnya untuk kreatif, sekarang banyak diincar orang tua,” kata Arief.

MBKM pun seakan mewakili semangat do-it-yourself dan kebebasan dalam punk. Di kebijakan tersebut, seorang mahasiswa dibebaskan untuk mengambil kelas di program studi maupun kampus lain, bahkan dari universitas luar negeri.

Baca Juga  Mesin Cetak di Perpustakaan di UINAM Diselundupkan untuk Cetak Uang Palsu

“Mengutip kata Prof Manneke (Budiman MA PhD, guru besar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia sekaligus keynote speaker PSN Indonesia 2023), menteri pendidikan (Nadiem Makarim) saat ini itu punk. Sebab, beliau membebaskan pendidikan tinggi dari belenggu-belenggu yang selama ini mengekang nilai akademis,” tegasnya.

Fakhran menambahkan, semangat mahasiswa dan dosen untuk mengembangkan keilmuan juga seiring dengan prinsip utama punk. “’Saya menganggap, kelas adalah skena, karena pasti ada pertukaran informasi dan diskusi atas apa yang ditemui siswa di kehidupannya atau keilmuan dosen atas isu yang terjadi,” ungkapnya.

Untuk tahun ini, amat mungkin hajatan bakal dilaksanakan di luar Jakarta. Sebab, banyak permintaan dari komunitas punk serta akademisi rekanan untuk menghelat di kota-kota seperti Jogja, Malang, maupun beberapa kota di Sumatera.

Dia menyatakan, pada tahun lalu saja, permintaan untuk melaksanakan acara secara hybrid luring-daring tinggi. “Terus terang, mewujudkan itu sangat melelahkan, tapi dengan permintaan ini kami tahu, PSN diminati dan akhirnya berjejaring,” imbuhnya. (*/c7/ttg/jpg)

Bagikan:

Berita Terkini