PEREDARAN beras oplosan di sejumlah pasar tradisional wilayah Kalimantan Utara (Kaltara) menjadi perhatian serius berbagai pihak. Salah satu yang turut angkat bicara Perum Bulog Cabang Bulungan.
Pimpinan Bulog Cabang Bulungan Oktavianur mengungkapkan, sejumlah perbedaan antara beras premium dan medium yang kerap kali sulit dibedakan oleh masyarakat, bahkan oleh pedagang.
“Mungkin bagi masyarakat awam atau pedagang biasa, membedakan beras premium dan medium memang sulit. Tapi secara teknis, ada ciri-ciri khusus yang bisa dikenali,” ujarnya, Kamis (17/7).
Menurut Oktavianur, beras jenis medium memiliki kadar patahan yang lebih tinggi, yakni sekitar 15 hingga 25 persen. Sementara beras premium umumnya memiliki kadar patahan yang sangat rendah dan butiran yang lebih utuh.
“Jenis medium itu umumnya kadar airnya juga sekitar 14 persen. Kalau dilihat sepintas mungkin tampak mirip. Tapi secara kualitas dan tekstur, bedanya cukup jelas jika sudah terbiasa,” katanya.
Ia menekankan pentingnya edukasi kepada masyarakat. Agar tidak tertipu membeli beras oplosan, yaitu beras medium yang dikemas dan dijual seolah-olah sebagai beras premium, baik dari segi label maupun harga.
Oktavianur menegaskan Bulog tidak pernah menyalurkan beras oplosan. Seluruh beras yang disalurkan melalui Bulog telah melalui proses sortir dan pengawasan ketat sebelum sampai ke tangan konsumen.
“Dari Bulog tidak ada beras yang dioplos. Semua sudah sesuai standar dan melalui proses sortir di gudang kami,” tegasnya.
Dengan maraknya isu beras oplosan, Oktavianur mengimbau masyarakat agar membeli beras di titik distribusi resmi dan tidak mudah tergiur dengan harga murah dari produk-produk yang belum jelas asal-usulnya.
“Kami harap masyarakat lebih teliti. Belilah dari jalur distribusi resmi. Jangan karena murah, tapi ternyata kualitasnya tidak sesuai,” imbaunya. (kn-2)