TARAKAN – Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Tarakan mengantisipasi turunnya partisipasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 mendatang, lantaran adanya fenomena kotak kosong (kokos). Saat ini polemik kokos sedang hangat diperbincangkan di masyarakat.
Bahkan saat ini, isu yang beredar Pilkada di Kota Tarakan hanya ada satu pasangan calon (paslon) saja. Sehingga pada saat pemilihan nanti masyarakat sudah tidak memiliki pilihan lain lagi selain satu paslon. Hal tersebut pun bisa membuat tingkat partisipasi masyarakat menurun di Pilkada. Akibat ketidaktahuan meski hanya ada satu paslon, namun di surat suara nanti tetap ada kolom kosong.
Ketua KPU Kota Tarakan Dedi Herdianto mengatakan, tengah gencar melakukan sosialisasi terkait fenomena kokos yang dialami pada Pilkada Kota Tarakan.
“Terkait polemik kolom kosong gimana, apa yang dilakukan. Dampaknya kalau kolom kosong yang menang gimana. Jadi kami sampaikan sesuai Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016. Kalau kolom kosong menang, maka akan ditunjuk penjabat oleh pemerintah,” jelasnya, Kamis (3/10).
Ia menambahkan, dari KPU akan terus gencar memberikan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat yang tidak paham terkait fenomena kokos. Bahkan pihaknya mendapatkan mengantisipasi adanya pemahaman Masyarakat, terkait apabila memilih golput nanti. Maka suaranya akan masuk ke kolom kosong.
“Bentuk dukungan ke pilihan itu ya dengan mencoblos. Jadi semisalnya dia golput, artinya tidak pilihan atau tidak menggunakan hak pilihnya. Beda halnya kalau dia mencoblos,” ungkapnya.
Ada pun edukasi yang akan diberikan kepada Masyarakat, berkaitan dengan adanya paslon tunggal dan kokos. Ia menyebutkan, potensi terkait turun partisipasi masyarakat dalam memilih nanti pasti ada. Karena pemahaman masyarakat terkait paslon tunggal, sehingga tidak memiliki pilihan lain. Apalagi fenomena kokos baru pertama kali terjadi di Kota Tarakan.
“Itu di benak masyarakat, sementara di kertas suara nanti dua kolom. Yaitu kolom bergambar dengan paslon dan kolom kosong yang tidak bergambar sama sekali. Jadi tetap ada pilihan. Makanya kalau masyarakat tolak ukur paslon Tunggal, tidak ada pilihan lain, itu salah. Sehingga mereka tidak memilih. Kolom kosong hadir untuk mengakomodir hak pilih masyarakat,” pungkasnya. (kn-2)