TARAKAN – Pemadaman listrik hampir semua pelanggan di Tarakan terjadi sekitar pukul 20.19 Wita, Sabtu (29/6) hingga Minggu (30/6). Pemadaman hingga proses penormalan berlangsung hingga 15 jam.
Manager PT PLN ULP Tarakan Retno Wulandari mengatakan, setelah adanya kerusakan pada arrester, teknisi PLN langsung melakukan lokalisir untuk menormalkan kembali sistem. Namun, setelah proses lokalisir, listrik kembali mati lantaran kabel coupler yang menghubungkan dari pembangkit ke beban terdapat gangguan.
“Yang tadinya kabel ini bisa dioperasikan dan menghasilkan listrik ke pelanggan, tidak bisa dilakukan karena gangguan. Jadi durasi penormalan listrik di Tarakan cukup lama,” katanya.
Gangguan dari kabel coupler tersebut terjadi karena terdapat isolasi yang terbakar dan tidak layak dialiri listrik. Sehingga harus mengganti dengan kabel yang baru, berupa kabel SKTM (Saluran Kabel Tegangan Menengah). Dalam penormalan hingga penyaluran listrik ke pelanggan pasca kejadian tersebut tidak dilakukan secara merata.
“Pembangkit yang bisa kami running lebih dulu, jadi sekitar pukul 23.00 Wita sudah masuk sebagian sistem Tarakan. Bertahap sampai pukul 06.00 Wita pagi sekitar 70 persen,” sebutnya.
Kompleksnya lokalisir penormalan jaringan listrik ini, disebabkan kondisi cuaca yang sempat hujan dini hari. Sehingga mobilitas pengerjaan penormalan sedikit terhambat. Lantaran mempertimbangkan faktor keamanan teknisi di lapangan.
“Jadi pengerjaan baru selesai pukul 10.00 Wita. Mulai dari penggantian kabel, terminasi sampai konek kembali dari pembangkit ke beban. Semua baru normal pukul 12.00 Wita,” tambahnya.
Penyebab pemadaman secara menyeluruh ini, masih dalam investigasi dari Tim Pembangkit. Menurut Retno, kejadian terganggunya kabel coupler ini, baru pertama kali terjadi di Tarakan. Perbaikan untuk penormalan Kembali membutuhkan usaha dan waktu yang cukup lama.
“Mereka masih dalam proses (investigasi). Mungkin masih mengumpulkan data juga. Karena semalam kita fokus cari kabel pengganti untuk menormalkan,” tuturnya.
PT PLN ULP Tarakan memastikan akan memberikan kompensasi ke pelanggan akibat padamnya listrik selama 15 jam. Dalam deklarasi Tingkat Mutu Pelayanan (TMP), pemadaman lebih dari 7 jam akan diberikan kompensasi.
Adapun dalam kompensasi tersebut akan diberikan H+1 bulan, setelah pemadaman listrik. Saat ini, pihaknya masih melakukan penghitungan terhadap pelanggan yang terdampak. Dalam pemberian kompensasi ini, tak dilakukan ke seluruh pelanggan. Karena penormalan listrik dilakukan secara bertahap.
“Sebenarnya tidak semua pelanggan normal jam 12.55 Wita kan, ada yang jam sebelumnya sudah masuk ke sistem. Jadi perlu kami hitung ulang section mana yang padam lebih sesuai TMP,” lanjutnya.
Kompensasi yang diberikan, dikatakan Retno berupa pengurangan tagihan sebesar 30 hingga 35 persen dari jam nyala listrik minimum untuk pelanggan pasca bayar. Sementara untuk pelanggan pra bayar berupa token pengembalian. Adapun total pelanggan dari berbagai tarif diuraikan Retno sebanyak 73 ribu.
“Bukan dari total pemakaian ya, jadi setiap pelanggan punya bottom charge ya untuk pemakaian setiap daya. Dengan syarat padamnya sesuai deklarasi dari TMP,” bebernya. (kn-2)